Pernikahan Anak Indonesia Tertinggi Ke-7 di Dunia, Beban Risiko Stunting, Kesehatan, Hingga Masalah Ekonomi
SolusiTVnews.com | Jawa Barat – Kasus pernikahan anak di Indonesia ada di peringkat ketujuh sedunia.
Jumlah kasus aktual terbesar di Indonesia terjadi di Provinsi Jawa barat, sekitar 273.300 pernikahan anak.
Perkawinan anak secara formal atau informal di mana salah satu atau kedua pihak berusia di bawah 18 tahun (data UNICEF, IPB 2022).
Pernikahan anak cenderung merugikan pihak perempuan, hanya dapat memiliki pencapaian pendidikan yang lebih rendah serta perempuan cenderung tidak bekerja.
Akibatnya, terjadi bias seksualitas pada perempuan dan risiko akan kesehatan reproduksi.
Anak perempuan belum sadar penuh atas hak dirinya, sehingga terancam akan lebih rentan mengalami kematian saat kehamilan dan persalinan dan mengalami banyak masalah kesehatan.
Tingginya angka kematian bayi dan stunting rentan terjadi pada pernikahan anak.
Penyebab Indonesia menduduki peringkat pertama kematian bayi; umur ibu kurang dari 19 tahun, ibu yang tak pernah periksa kehamilannya, ibu yang tidak sekolah formal atau memiliki pendidikan rendah.
Bayi dari perkawinan anak berisiko mengalami stunting karena ibu tidak bisa mencukupi kebutuhan gizi saat kehamilan.
Ibu belum siap secara psikologis dan finansial, belum memiliki pengetahuan cukup untuk merawat dan mendidik anak, kondisi fisik ibu yang belum memenuhi standar.
Pernikahan anak langgengkan kemiskinan, anak perempuan dihadapkan dalam situasi sulit pilih pendidikan atau menikah.
Saat jika ia terpaksa melangsungkan pernikahan, ia akan terus terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan.
Dikeluarkan dari sekolah, upah dan taraf hidup rendah, memiliki beban yang tinggi dalam pekerjaan rumah tangga.
Mengalami beban ganda dalam rumah tangga, lemah dalam pengambilan keputusan dan berisiko mengalami KDRT, tidak dapat mengakses pengetahuan baru, keterampilan, serta jaringan sosial.
Pernikahan dini bulan hal biasa dan lumrah, setiap perempuan harus memiliki kesempatan dan hak yang setara dengan gender lainnya.
Sumber: IG @pandemictalks